Jumat, 25 Desember 2015

Puisi, Sedalam Perasaan



Sedalam Perasaan, *PDH
          Momen ini bukanlah yang perdana, namun entah kenapa ia seolah berseru padaku. Momen yang tidak besar, tidak pula kecil, namun sungguh istimewa. Bagiku kehadirannya menusuk namun tusukan itu justru menghiasi. Ibarat bros, tusukannya justru menjadikan indah perjalanan ini. Entah mengapa.
          Momen ini tentu saja bukan hal yang sepele, namun sederhana. Momen serupa tak elak sering terjadi. Hanya saja kali ini, entah mengapa aku ingin mengabadikan ceritanya. Bisa jadi kelak kita akan rindu untuk mengenangnya. Siluet-siluet kehidupan yang sungguh nyata dan sering terulang namun tidak mudah terulang persis.
          Bagiku kita semua unik. Mimpi, harapan, tujuan, cita-cita yang tak sama namun justru mempertemukan kita di tempat yang sama. Rasa, kepekaan, pandangan, perspektif, idealisme yang berbeda namun justru menyatukan kita pada tema perdebatan yang sama. Bisa jadi kita kelak akan terpingkal-pingkal pada sepotong kisah klasik ini.
          Berada di kubu bukan pro, bukan kontra, bukan pula netral, kadang membuatku harus membela kalian semua, bagiku tidak ada yang salah. Membela kalian semua sama artinya dengan tidak membela siapapun dan bagiku itu menyenangkan, betapa beragamnya kita. Entahlah, sepekan ini penuh keistimewaan. Bisa jadi kelak kita akan meneteskan airmata untuk sebuah titik kecil yang sering tak terlihat.
          Satu hal yang membuatku memerah dari momen ini hanya satu. Satu titik yang dengan mudah membuat kita tak segaris. Hei! Bukankah kita sudah diajari tentang titik dan garis? Bukankah tidak segaris itu karena ada satu titik di antara garis itu dan membuatnya seolah terpotong? Bukankah satu titik itu membuat garis tidak lurus? Bukankah ketidaklurusan adalah tanda ketidaksempurnaan garis lurus? Bisa jadi kelak kita akan terdiam menjawab setiap pertanyaan yang berkecamuk.
          Simple namun tidak sepele. Kesenjangan social? Kurasa bukan. Kesalahpahaman? Kurasa bukan juga. Perbedaan pola pikir? Hmm, kurasa tetap bukan. Atau ketidakmengertian? Semoga bukan juga karena ia tak mudah diluruskan. Kucoba merangkai kembali satu per satu bait cerita dari kalian. Tentu saja tidak ada yang salah dari cerita kalian. Semua pembelaan itu wajar saja kalian ungkap. Bahkan peluh yang siap menetes pun akan meneteskan pembelaan yang sama. Bisa jadi kita kelak akan terharu pada momen ini.
Bagiku kalian semua spesial. Sedalam perasaan tiap-tiap diri kita, sedalam perasaan tak sama pada tiap-tiap samudra. Sedalam perasaan tiap-tiap samudra, menyimpan tiap-tiap relung yang tak sama namun tetap segaris dan tak pernah nampak terpotong J
Satu keyakinan, kita kelak akan tersenyum mengenang setiap inci momen ini.